Friday, 8 April 2016

Cerita Inspirasi dari Kesederhanaan Hidup

Siapa yang tidak kenal sosok Jose ‘Pepe’ Mujica. Seorang presiden dari Uruguay yang dijuluki ‘Presiden Termiskin di Dunia’. Sebagai salah satu kepala pemerintahan, nama Jose Mujica memang tidak setenar Barack Obama ataupun Angela Merkel. Publikasi tentang dirinya tergolong lebih sedikit berdasarkan hasil pencarian Google. Meskipun demikian, ia terkenal berkat kehidupannya yang sederhana. Untuk urusan transportasi, ia memiliki VW tahun 1987 yang harganya jauh lebih murah dari mobil buatan eropa lainnya. Dengan predikat presiden termiskin di dunia, Mujica juga tidak sungkan untuk ikut mengantri bersama warganya saat harus berobat di rumah sakit umum.
Kebersahajaannya ini tentu berbanding terbalik dengan tingkah laku salah seorang pejabat DPRD DKI Jakarta yang menarik perhatian media beberapa waktu lalu dengan membawa mobil mewah Lamborghini saat pelantikan. Beberapa mobil mewah yang terparkir di DPRD DKI seakan-akan menunjukkan bahwa, “inilah enaknya jadi pejabat”. Disparitas si kaya dan si miskin terlihat jelas karena Lamborghini tersebut berharga lebih dari Rp 4 miliar. Bagi warga biasa dengan penghasilan kurang atau setara UMK, impian untuk memiliki sebuah Lamborghini hanyalah khayalan tingkat tinggi.
Berbeda dengan sudut pandang Jose Mujica, transportasi bukanlah suatu hal yang perlu dipamerkan. Per bulan Jose Mujica menerima gaji USD 12 ribu (Rp 146,4 juta), justru 90% disumbangkan untuk kepentingan amal (charity). Sulit dimengerti dengan ‘pikiran normal’ memang, tetapi itulah kenyataan yang ia lakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap warganya. Di saat sebagian pejabat publik menjadi bahan olok-olok di dunia maya karena gaya hidup yang ‘lebay’, Mujica mendapat apresiasi atas kesederhanaannya. Berita tentang keseharian dirinya hampir sebagian besar inspiratif karena ia tidak memiliki gaya hidup yang berlebihan. Ia mau menuntun sepeda motor butut dan berpakaian biasa saja, jarang terlihat menggunakan jas formal yang anggarannya berasal dari pajak negara.
Sukses atau gagalnya manusia bukanlah selalu diukur tentang banyaknya kekayaan materi dan kemewahan semata. Setidaknya itulah pelajaran yang bisa diambil dari sosok Jose Mujica. Bahkan beberapa media menyarankan ia agar menerima nobel perdamaian dunia, namun lagi-lagi ia menolaknya. Ia lebih memilih down to earth dengan mobil tuanya. Ia tidak pernah berkeberatan jika dianggap miskin oleh orang lain. Meskipun hidup sederhana, ia tetap dihormati orang. Memang, Kesederhanaan Tidak Membatasi Kebahagiaan.

0 comments:

Post a Comment